blue waves

blue waves

Kamis, 10 Juli 2014

Muslim dan Muslimah Tangguh (Part 4): Memaknai Syukur Nikmat

 


Assalmu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh….

Semalam keadaan tidak begitu baik, entah kenapa hati ini dirundung kegelisahan. Otak ini bekerja dengan cepat, untuk dapat menggambarkan pemikiran-pemikiran. Ingin rasanya tangan ini beradu dengan pena, tapi rasanya sudah tidak ada ide. Suasana ini terbawa hingga sahur menjelang, apalagi pagi ini rupanya tidak ada sajian khusus untuk sahur. Kebetulan hanya berdua saja dengan Ibu, menu pagi ini hanya tumis kangkung dan telur asin. Aku yang notabene tidak suka dengan telur asin mengurungkan niat saja untuk bersantap sahur dan menegak segelas air putih. Masih saja terbawa suasana, hati ini semakin mendung dan aku putuskan untuk membuka beberapa file tulisan di laptop. Selang beberapa saat tanpa sengaja aku meng-klik sebuah folder foto tanpa nama yang tak disangka isinya foto kegiatan santunan ramadhan untuk anak jalanan yang aku adakan dengan remaja masjid tahun lalu….. Astaghfirullah sesaat hatiku terdiam dan tersadar, pagi ini satu ni’mat aku abaikan. Sedang diluar sana masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan.  
Ya Sohib… Alhamdulilahirobbil’alamin kita masih dikaruniai syukur atas sebuah nikmat. Kita tahu bahwa Allah SWT akan menambah nikmat seseorang yang bersyukur, sedang Allah SWT. Akan memberikan adzab untuk orang yang kufur. Naudzubillah…. Akan tetapi, bagaimana kita bisa mensyukuri nikmat Allah? Pertanyaan ini sederhana tetapi spertinya jawabannya tidak sederhana. Dari contoh sederhana di atas kita bisa mengambil hikmah bagaimana memahami nikmat sehingga kita bisa benar-benar bersyukur.
Ya Sohib Allah SWT. Memberikan nikmat dengan berbagai jalan. Alangkah baiknya jika kita memperhatikan yang memberi nikmat, bukan hanya sekedar memperhatikan nikmat yang diberikan. Teringat foto kegiatan santunan anak jalanan tadi jadi teringat bagaimana kesan mereka ketika kita berbagi sedekah meski hanya sekotak nasi, mereka makan dengan lahapnya. Tak lupa mereka berterima kasih karena bisa makan enak, selama ini mereka makan seadanya bahkan jika tidak ada uang ya terpaksa harus menahan lapar. Terpancar jelas di wajah mereka rona kebahagiaan. Mereka menjabat tangan kami sembari mengucapkan doa untuk kami, entah itu agar rizkinya bertambah, bisa sukses, apapun yang diinginkan bisa diijabah. Alhamdulillah. Mereka bangga karena kami masih  memperhatikan dan peduli dengan mereka. Nah, Ya Sohib… jika demikian halnya mengapa kita tidak pernah puas dengan apa yang sudah Allah SWT. berikan kepada kita? Berapa banyak yang sudah diberikan kepada kita? Dan berapa banyak kita bersyukur. Sungguh semuanya tidak pernah sepadan. Begitu sayangnya Allah kepada kita hingga setiap detik kita tidak pernah lepas dari nikmatnya. Mulai dari udara yang kita hirup, mata yang setiap beberapa detik bisa berkedip, semua anggota tubuh yang masih berfungsi normal. Subhanallah…  
Ya Sohib, coba kita lihat dan perhatikan apa yang ada dalam diri kita, bukan pada diri orang lain. Lihat dan perhatikan apa yang sudah kita dapatkan, bukan apa yang belum kita capai. Kita membutuhkan kesehatan, Allah sudah berikan. Kita membutuhkan rezeki, Allah sudah berikan meski ukuran rezeki setiap orang berbeda. Kita butuhkan rasa nyaman, allah berikan kenyaman untuk bisa menghirup udara setiap detiknya. Tetapi jika yang kita lihat apa yang belum kita miliki maka bukan syukur yang kita dapat melainkan kekufuran. Kita boleh melihat ke atas untuk sebuah masa depan, tetapi jika itu membuat kita tersiksa atas apa yang belum kita capai maka sebaiknya cobalah lihat ke bawah masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan. Masih berjajar di bawah garis kemiskinan. Jangan pernah egois tak memikirkan mereka, jangan pernah merasa masalah kita lah yang paling pelik padahal masih banyak masalah mereka jauh lebih pelik tapi mereka tetap bersabar dan bersyukur.
Ya Sohib … Sejatinya seseorang yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan memberikan tambahan nikmat. Baik itu berupa nikmat lahir maupun batin. Seseorang yang mendapat rezeki berupa uang dan bersyukur maka dengan syukur itu akan bertambah ketentraman batinnya, meski mungkin rezeli yang diharapkan belum sesuai dengan harapan. Contoh lagi seseorang yang memiliki istri yang shalihah dan memperlakukan istrinya dengan sebai-baiknya dan dengan itu pula bertambah kesalihahan istrinya dan semakin patuh pula terhadap suami. Meskipun paras sang istri tak begitu cantik, subhanallah Allah menambah nikmat tentram pada suami.
Ya sohib jika sebaliknya, seseorang yang tidak mau bersyukur atas nikmat Allah SWT. maka siksaan Allah sangatlah pedih. Baik siksaan lahir ataupun batin. Contoh saja saat Allah memberikan nikmat makanan untuk bisa dinikmati meski sederhana, saat kita bersyukur maka makanan itu akan terasa nikmat, tetapi jika kita mengeluh maka secara batin kita tidak bisa merasakan nikmatnya.
Ya sohib nikmat apapun yang Allah tambahkan baik lahir maupun batin , maka kita serahkan semua kepada Allah. Tugas kita hanya bersyukur. Sedang syukur bisa dilakukan dengan lisan, dengan mengucap Hamdalah (Alhamdulillahirobbil’alamin). Syukur yang dilakukan dengan perbuatan adalah dengan menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah di jalan yang diridhoi Allah, bukan yang dimurkai Allah. Jangan sampai kita kufur kepada Allah dan menjadikan kita syirik. Naudzubillahimindzalik…
Semoga catatan kecil ini bermanfaat dan bisa meningkatkan keimanan kita di bulan ramadhan ini. Waasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar