blue waves

blue waves

Jumat, 29 Agustus 2014

Secret of Me # Anak Pingit Part 1

Assalamu'alaika Ya Sohib....
   
          Suasana ruangan terkesan hening, 30 menit sebelum dering bel pulang sekolah berbunyi. Lelah sudah mulai merangkak dari ujung kaki, tapi semua terbayar dengan wajah anak-anak yang tak pernah surut untuk mengikuti pelajaran hingga usai. Tapi siang itu ada obrolan yang menarik dengan beberapa teman pengajar yang kebetulan beliau-beliau termasuk senior. Maklumlah belum ada hitungan bulan aku masih adaptasi dengan lingkungan. Kebetulan salah seorang di antaranya terbilang masih tetangga.
       "Ya Allah, ternyata samean to. Ngajar apa sekarang?"
       "Alhamdulilah Bu, mengajar Bahasa Inggris."
       "Kok ndak pernah ketemu, sekarang tinggal di mana?"
       "Tetep di rumah bulek, Bu Iyan."
       "Loh iya ta? Ndak pernah keliatan."
       "Wes punya pacar belum?"
       "Dereng Bu," 
deg.................................................
        "Kenapa???" 
Rumah kami hanya terpisah oleh gang, tapi memang bisa dipastikan hampir semua kegiatan aku lakukan di rumah. Pengajian rutin seminggu sekali ternyata hanya bisa menampakkan wajahku pada orang-orang tertentu termasuk Bu Iyan. (#red. nama disamarkan hehehe). Fenomena ini seperti bukan yang pertama kalinya, tapi hal ini memang masih jadi topik menarik untuk dibahas.

Ya Sohib....
Mungkin banyak alasan kenapa seseorang sampai saat dimana dia berada di usia matang  dia belum mengambil keputusan untuk pacaran. Dan banyak pula seseorang yang penasaran dengan berbagai alasan itu hingga menjadi sebuah perbincangan. Range 25 - 27 tahun bagi perempuan itu banyak di anggap sebagai usia matang untuk menikah. Tapi ada beberapa alasan yang aku temui kenapa tidak pacaran seperti masih meniti karir dan itu semua itu terasa biasa. Tapi ketika di tanya kenapa tidak pacaaran dan aku jawab "ndak boleh pacaran sama bapak." kenapa semua jadi menertawakan???? ada yang salah??? Ya, Sohib sedikit saja berbagi cerita. Memang keseharianku yang banyak memilih menghabiskan waktu di rumah sepulang kuliah maupun kerja mempbuat orang lain menganggap kurang pergaulan atau istilah kerennya kuper. Tapi hal itu tidak terus membuatku kurang berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dengan tetangga. Banyak waktu kugunakan untuk berkomunikasi via hp atau sosmed dengan teman jika ingin berdiskusi. Hal itu aku lakukan semata-mata untuk membatasi tidak terlalu sering keluar rumah.

Perihal pacaran??? Sepengetahuanku dalam islam memang tidak di anjurkan untuk berpacaran. Ta'aruf saja kalau bisa disegerakan pula untuk menikah. Memang fenomena dan istilah pacaran itu sudah biasa di kalangan anak muda dan itu terjadi karena kebiasaan. dan meraka yang tidak berpacaran dianggap kuno dan kolot.Dulunya memang aku belum begitu paham kenapa tidak boleh pacaran walhasil pernah ngambek juga. Hehe... Lambat laun aku memahaminya perlahan. Ibaratnya seorang perempuan itu adalah kain sebagai penutup rumah, jika kain itu terbuka tentunya seisi tumah akan terlihat. Kain penutup itu terlihat dari luar, dan seseorang selalu memandang dan memperhatikan. Begitulah seorang anak perempuan meski seolah orang lain tak peduli tapi banyak mata yang memandang. Bagaimana dia bersikap, bertutur kata serta berbuat. Menjaga nama baik keluarga itu yang utama jangan sampai ketika seorang anak perempuan terlihat sering keluar dengan seseroarng yang bukan mahramnya kecuali itu calon atau suaminya.

Dan dari pemikiran tersebut aku yakinkan, bahwa seseorang berhak mengenalku tapi di rumah. bukan di luar rumah. Ketika seseorang itu serius pastilah Allah akan menunjukkan bagaimana jalan untuk bisa mendapatkan dalam ikatan yang sah. Pada hakikatnya perempuan juga berhak jatuh cinta tapi yang dilakukan hanya 3 hal, pertama sanggup menunggu seseorang yang dicintai dengan sabar, yang kedua boleh  menyatakan untuk meminta di nikahi supaya terhindar dari hawa nafsu, yang ketiga jika laki-laki itu menerima maka hendaklah dia berbahagia sedang saat lelaki itu belum mampu dan menolak maka hendaklah dia bersabar. Entah apapun anggapan orang lain tentang anak pingit lah, kuno lah, katrok atau apapun itu bagiku itu jalan untuk bisa menemukan kekasih pillihan Allah dan kelak hanya kepada dia yang aku panggil suami aku bisa melangkah tegak bersama. Jika sekarang orang berkata kuper dan tidak pernah jalan jalan dan menikmati masa muda itu hanya karna aku ingin menikmati perjalananku untuk pertama kali dengan seseorang yang bernama suami.

Ya Sohib..... Ya ukhti.... La Tahzan. Kuatkan pendirian kita untuk selalu bersabar bahwa Allah lah  tempat kita bersandar, dan Allah itu tidak pernah terlamat atau tergesa gesa. Allah itu selalu tepat waktu. Coba baca juga ya seperti yang sudah pernah aku tulis di cerpen "sudah punya calon?" ^_^ let's read

#malang malam ini

Related with: http://astianard.blogspot.com/2014/06/jodoh-ditangan-allah.html

Senin, 11 Agustus 2014

Jajanan Lawas: TETEL






Keberadaan salah satu budaya tak lupa diisyaratkan dengan wisata kuliner. Dari sabang  sampai merauke yang sambung menyambung menjadi satu seperti dalam lagu “dari sabang sampai merauke” juga mengisyaratkan dengan persatuan dan kesatuan. Meski harus satu satu seperti yang tersirat di “Sumpah Pemuda” tapi tetap saja ada perbedaan diantaranya. Kankita masih punya “Bhineka Tunggal Ika”. Haha… bahasannya jadi jauh ya darijudul semula. Intinya, kuliner yang berbeda-beda dalam suatu daerah itu bukan suatu pemecah tapi sebagai bentuk keragaman budaya yang ada di Indonesia.
                So,siapa yang belum tau jajanan asli Indonesia ini. “TETEL” keren ya…  mungkin hanya orang  luar jawa saja yang asing  dengan jajanan dari jawa ini. Terbuat dari ketan yang dikukus dan d haluskan bersama parutan kelapa , rasa gurih kelapa dan manis ketan menjadikan sajian rasa yang khas dan menggugah selera (jelas saja menarik buatku karena ini makanan favorit). Lumer dimulut memanjakan lidah saat mengunyahnya. Top lah… Tapi di balik takaran rasa yang pas jajanan ini menyimpan filosofi unik. Jajanan ini solah menjadi jajanan wajib saat acara lamaran dan nikahan sebagai salah satu seserahan, konon katanya si embah jajanan ini bisa mempererat hubungan seseorang “biar langgeng” seperti Lem Castol. Hehe…. Nah loh ada ada saja ya, berfikir ini sebuah mitos yang sudah turun temurun ya aku percaya saja saat embah mendongeng tentang tetel. Ada yang bilang “kalau nikahan ndak ada tetelnya, hubungannya ndak akan langgeng” …Ckckck  sadis ya. Penting mana sama Mahar(ups).  Sejauh dongen yang di ceritakan      akhirnya aku punya kesimpulan bahwa:
                “Tetel itu lebih tepat disebut symbol saja, bukan hal wajib yang dipercaya bisa mempererat dan memperlanggeng hubungan seseorang.  Layaknya bhineka tunggal ika kan juga symbol.Bagi aku pribadi, tetel memiliki arti tersendiri:
              Bahan dasar tetel itu dari ketanyang dihaluskan yang notabene bertekstur lembut dan lengket mungkin  ini bisa menjadi symbol mempererat hubungan tadi ya biar lengket terus sampai kakek nenek,

            Bahan lain yang ditambahkan yaitu kelapa muda, yang  bisa menimbulkan rasa gurih, mungkin jika di artikan bahwa dalam hidup setelah menikah nantinya itutidak hanya merasakan manis tapi kadang ada asin dan pahitnya juga , tapi jika kita menyikapinya sesuai dengan porsi yang pas hidup ini nantinya berasa gurih,tidak terlalu manis, tidak terlalu pahit, atau keasinan. Tergantung  bagaiamana kita meraciknya. Rasa tetel dalam realita pun demikian, semua tinggal melihat bagaimana kita meraciknya menjadi sajian yang pas.
Proses pembuatannya pun juga andil memiliki arti.
           Cara membuat tetel tradisional ini biasanya ditumbuk dengan alat yang disebut “ALU”, tampilannya sejenis dengan pemukul kasti. Hehe.Yang menumbuk harus orang yang memiliki tenaga kuat, karena semakin kuat tenaga untuk menumbuk akan semakin lembut tekstur yang dihasilkan dan akan semakin lembut. Nah keren nih, intinya dalam hidup semua butuh perjuangan untuk hasil yang akan kita capai, jika ingin hidup lebih baik ya berjuang dulu.
          Hasil tetel yang perfecto ….. setelah tetel jadi,biasanya kita tak puas dengan satu tampilan. Biasanya tetel bisa disajikan dalam bentuk goreng dengan kata kerennya “TETEL GORENG” .  Ibarat sifat dasar manusia yang tidak akan puas dengan satu hal. Tetel goreng ini ternyata juga punya makna (menurut saya)… Tetel disajikan dalam bentuk apapun pasti enak, hehe.Begitu pula hidup  semua jika dihadapi dengan bersyukur meski tidak puas tetep saja rasanya enak. Meski banyak tantangan yang harus di lalui, semua akan indah pada waktunya. Enak seperti hasil tetel goreng ini pada waktunya..

Hehe… tetel Oh tetel… ternyata punya makna yang keren ya.Tapi sudahlah ini hanya filosofi tetel yang diimplementasikan ke kehidupan ala “Saya”.Coba mungkin ada filosofi lain tentang tetel yang  kalian temukan. Mungkin temuan tetel di luar negeri, atau mungkin kenapa tetel berasal dari ketan dll… Berbagi itu indah…..Share ya jika ada fakta lain lagi tentang tetel.  Dan intinya Saya demen banget sama tetel, karena kecintaan saya terhadap tetel membuat saya memiliki imaginasi dan pandangan lain tentang tetel.  Sampai sampai orang kantor apal banget  ketikaada tetel pasti ingat aku “emang wajahku sekilas seperti tetel ya” hahaha …. Yang mau lamaran atau nikah jangan lupa tetelnya ya...

#Happy Sharing, by Me :)# Edisi kepingin tetel

Jumat, 08 Agustus 2014

Resiko Penulis : How to Appreciate it!

"Om, ada info menarik di blog ku. Baca ya..."
"Memangnya info apa? paling juga motivasi."
"Ya... lumayan lah, insyaallah bisa membantu mengobati sedikit rasa gelisahmu. Daripada terlarut dalam sebuah problem, alihkan saja ke sesuatu yang bermanfaat."
"Hemm iya iya iya... nanti.."

Deg deg ser...... Aku menulis dengan penuh semangat, mencoba se-inspiratif mungkin, dan se-fleksibel mungkin tergantung dari sebuah problem dan sudah ditata dengan bahasa yang gamblang. Tapi Oh No.... ketika obrolan singkat yang termaktub di atas menjadi sebuah problem alami yang harus dihadapi oleh seorang penulis. Apalagi yang masih amatiran sepertiku. Belum juga dibaca tetapi sudah di "judge" seperti itu. Tersayat rasanya seperti diiris sembilu (Hahaha... repeat bahasa gaul penulis). Rasanya ingin aku kubur hidup hidup pena dan kertas hingga tidak ada lagi tulisanku yang aku banggakan (karena nulisnya pake laptop, jadi kertas dan pena aman).

Yap... Ya sohib, tulisan ini sebenarnya sebuah kolaborasi dari beberapa pemikiranku dengan seorang teman, "Muzzaki Tohir" tepatnya. Gara-gara statusku di bbm bisa menjadi beberapa bahasan unik. Beberapa waktu lalu ini juga sempat aku bahas dengan beberapa teman penulis. Jika biasanya resiko penulis di banyak artikel itu dibikin teoritis kalau di tulisan ini lebih naturalis dan lebih kerennya kita sebut "Derita Penulis" yang kebanyakan berasal dari perasaan penulis langsung yang dibikin miris oleh pembacanya. Berikut beberapa resiko penulis:

1. Belum di baca sudah di "judge"
    Persis seperti yang aku alami di atas, semua ini bisa di awali dari judul. Kebetulan sih tema dan judul yang aku buat memang masalah motivasi. Itu pun karena aku berbaik hati ingin membantu memberikan solusi si Om. Tapi oh tapi belum juga dibaca sudah ditampik. Terkadang  memang  judul itu bisa membawa feel seseorang untuk bisa minat membaca. Itu  sudah  menjadi  "first way" untuk penulis agar tulisannya di baca meski terkadang isi yang terkandung  di dalamnya kurang  begitu berbobot. Tapi STOP "Judge" us as writer---  jangan  hakimi kami sebagai penulis (angkat alis). Hargai kita sebagai penulis, bagaimana caranya?? Ketika seorang penulis mempublikasikan tulisannya untuk dibaca setidaknya katakan "iya" sebagai bentuk apresiasi. Jangan patahkan semangat mereka yang ingin menulis, khusunya orang-orang di sekitar anda. (hehee kelihatan  maksa).

2. Penulis berekspresi dikira curhat
    Yap... memang sih kebanyakan penulis itu mengekspresikan apa yang menjadi imaginasinya dan cenderung curhat. Tapi coba deh pahami maksud si penulis yang selalu memiliki perasaan untuk "berbagi" . Curhatan meraka itu dimaksudkan untuk memberikan ruang pembaca merasakan bagaimana ketika pembca berada di posisinya. Nantinya jika keadaan itu menimpa pembaca, setidaknya pembaca memiliki wawasan untuk bisa mengatasinya. Ada banyak cara seseorang itu mengekspresikan curhatan salah satunya dengan menulis. Entah itu cerpen, artikel, novel, atau hanya sebuah diary.

3.  Korek-korek masalah orang
     Hiks hiks... pengen nangis sambil mojok. Mbak, Mas, Buk, Pak, Dek dan semuanya ingat kami "berbagi" bukan mengorek. (korek api kalee... ). Iya beberapa waktu yang lalu ada seorang teman penulis yang mengalami masalah ini, saat sedang membuat artikel ternyata tidak sengaja teman si penulis ini merasa tersinggung. Owh, miris para pembaca memang sensitif. Tapi kebetulan memang masalahnya hampir 90 persen mirip jadi seolah mengarah ke teman si penulis tadi. Walhasil teman si penulis tadi merasa bahwa dia dirugikan. Uph,.... tolong dong pembaca bisa mengoreksi diri dulu sebelum tersinggung dengan sebuah tulisan. Jika memang yang dibahas itu merupaka sisi buruk ya tidak ada salahnya sebagai pembaca kita sadar dan mencoba berubah (loh... ada hikmah baik kan?). Jadi jangan marah dan tersinggung dulu ya readers... Berterima kasihlah karena penulis menyadarkan.


Ya sohib, beberapa point di atas sebenarnya sudah mewakili semua perasaan penulis. Tapi intinya kita harus bijaksana dalam menyikapi setiap permasalahan. Bagi pembaca, berbesar hatilah jika ada sesuatu hal dalam sebuah karya tulisan yang tanpa sengaja memiliki kemiripan. Jangan mudah meng'judge karya orang karena belum tentu kita bisa berkarya. Untuk para writers tolong dong jangan berhenti belajar bikin tulisan yang baik juga. Supaya pembaca juga ndak bosen dan kita bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Keep writing and reading all.....

"astianard ^_^"

Senin, 04 Agustus 2014

Respect this re-post: what you eat, what “kills” you


DSC_0663
“You are what you eat” sudah umum kita dengar bukan :) so what”s next
Setelah melaksanakan satu bulan penuh puasa di bulan Ramadan umat muslim di dunia pasti merayakan Eid Mubarak, bertemu dan berkumpul bersama keluarga, kolega, teman dan sahabat yang tidak biasa dilakukan di hari – hari biasa, saling men-do’a-kan, meminta maaf dan me-ma’af-kan.

Banyak pelajaran yang saya perolah dari aktivitas di Eid Mubarak, dan beberapa hal yang terlewat dan tidak di perhatikan dengan benar adalah apa yang masuk ke dalam tubuh, apa yang kita makan, bukan hanya di perayaan Eid saja, ternyata di perayaan – perayaan lain dan hari – hari biasa, saya baru benar – benar sadar.
Bermula dari hantaran sebelum sholat Eid, hantaran ketupat dan opor ayam dari tetangga, yang saya makan, enak dan sangat gurih. Setalah pulang sholat Eid dan ritual – ritual Eid lainnya, saat makan siang saya memakan opor ayam olahan ibu saya, enak dan gurih tapi beda, yah tanpa bahan penyedap tambahan, dan saya baru tahu gurih hantaran dari tetangga saya di “bubuhi” penyedap tambahan, dari obrolan nya dengan tetangganya “saya ga mau ribet bu, beli bumbu jadi trus ditambah *******” dan semua pasti tahu bukan bahaya bumbu instant yang didalam nya terdapat pengawet dan apa resiko nya.

Hal – hal diatas tiba – tiba saja mengingatkan saya pada teman saya yang positif di diagnosa kanker getah bening stadium 3, banyak perubahan terjadi, warna kulit berubah, bejolan di dekat leher makin membesar, aktivitas terganggu dan “terpaksa” harus meninggalkan pekerjaan meskipun mendapatkan tunjangan bulanan selama satu tahun, tapi setelah itu harus survive sendiri untuk pengobatannya. Akhirnya diketahui penyebab pastinya adalah makan sembarangan semasa di kost, mie instant menjadi teman sehati dan seperut di kala lapar melanda dan malas masak atau mencari makanan di luar kost, alasannya klise MALAS dan sekarang harus di bayar dengan “MAHAL” rasa malasnya.
Atau saat saya berada di rumah sakit untuk menemani almarhum kakak ipar saya, yang dirawat di salah satu rumah sakit, ada pasien kanker getah bening di beberapa ruangan lain dan dengan jawabannya sama, saat saya tanya apa penyebab nya, berlebihan mengkonsumsi makanan instant dan berpengawet.

Mereka semua bukan lah orang – orang yang tidak melek info, mereka adalah orang – orang yang benar – benar update dan sedikit banyak tau tentang kesehatan, bahkan teman saya adalah mantan mahasiswa jurusan farmasi yang bekerja di perusahaan asing yang memproduksi obat – obatan kemo terapi dan HIV, jadi dengan sangat sadar mereka tau konsekwensi yang akan terjadi yaitu SAKIT, dengan berdalih “alah sesekali saja” it’s OK to say sesekali saja tapi jika setiap makan – makanan yang nyata – nyata berpengawet dan tahu bahwa itu berbahaya tapi selalu bilang sesekali saja berarti dengan sadar siap dengan resikonya, it’s fine sesekali saja tapi jika terus-terusan beralasan sesekali saja berkali – kali berarti secara langsung menimbun penyakit layaknya bom waktu yang sewaktu – waktu akan meledak!!
Atau saat saya menerima cerita dari salah satu kolega di Jakarta, salah satu anak temannya mengalami kebocoran ginjal, anak usia 5 tahun, setelah di teliti ternyata si anak banyak meng-konsumsi minuman teh gelasan dengan tagline 100% gula asli, gula asli sih gula asli, tapi pengawet nya juga asli, hanya dengan harga seribu per kemasan gelas, sakit yang diderita tak cukup bayar seribu perak sekali berobat.
Mereka – mereka yang melek akan info saja meremehkan kesadaran mereka akan kesehatan diatas kelezatan sesaat, apalagi masyarakat yang menelan mentah – mentah sebuah iklan, dengan embel – embel diolah dari bahan alami dan berasal dari alam, orang – orang selalu bilang ini loh alami dan bahannya juga sama kayak yang kita bikin, dan pengawet kimiawi pun terlupakan. Orang – orang lebih memilih membiarkan jambu berakhir menyusut keriput di kulkas sampai sebulan tak tersentuh dan lebih memilih syrup jambu atau jus jambu instant yang umurnya lebih dari delapan bulan dan bisa bertahan sampai tahun depan, dan bilang oh kadaluarsa nya masih lama atau membiarkan tomat berakhir membusuk dan memilih saos tomat yang umurnya bertahan sampai dua tahun.

Alasan bahwa sudah mendapatkan izin dari Dep.Kes , dan bilang udah ada registrasi dep.kes nya kok, tapi perlu diingat bahwa kadar konsumsi pun ada batas nya, kelemahan di Negara kita adalah tidak adanya edukasi lebih tentang bahaya makanan dan tidak di informasikan secara detail kadar batas konsumsi untuk tiap usia dan menyerahkan sepenuhnya ke masyarakat mau mengkonsumsi seberapa banyak. Karena bahan tertentu yang awalnya tidak berbahaya jika di konsumsi dengan batas tertentu akan menjadi berbahaya jika melewati batas nya, misalkan mie instant, dianjurkan untuk memakannya tidak boleh kurang dari 3 hari setelah makannya, karena menurut penelitian memakan instant selama tiga sampai empat hari berturut – turut kan berpotensi mengakibatkan amandel, kista, mioma dan yang paling berbahaya adalah kanker, lebih detailnya anda bisa googling sendiri mengenai bahaya makanan berpengawet.
So start for now, dengan menyayangi kesehetan anda sendiri sama dengan mencintai lingkungan dan orang – orang sekitar anda, let’s back to nature!

Minggu, 03 Agustus 2014

Cerita Senja # Kembalinya Masa Lalu



Obrolan di ujung pagi #

            Aku merengkuh sejuknya pagi dengan tetesan dari ujung mata yang melebur bersama gemericik air wudhu. Tidak ada doa yang terselip untuk sekedar memohon kesucian, yang terdengar hanya nafas yang tertahan kemudian berhembus sesenggukan. Sengaja air yang membasuh muka ini mengalir lebih lama agar rona merah di permukaan mata memudar. Berharap Allah akan menghapuskan segala kegelisahanku. Tapi suasana pagi itu tetapa sama hingga ujung sujud berakhir.
“Fany, adakah satu alasan kenapa terus menangis dalam sujud dan doamu?”, seseorang menepuk pundakku perlahan.
            “Masyaallah Salma?”
Sentuhan hangat itu membuatku menoleh dan menyudahi doa yang terselip dalam tangis. Aku menggantinya dengan senyum manis sembari menyeka wajah dengan ujung-ujung mukena yang basah.
“Hampir satu minggu ini aku tidak mendengar kabarmu Fan? Aku juga tidak melihatmu di mushola, istighotsah di pesantren pun kamu tidak datang, pengajian Ahad juga tidak kau isi.”
“Adakah aku terlihat sedang membuat alasan untuk menangis dan bersujud, selain mengharap ridho dari Allah?”
“Aku tak meragukanmu, apa yang sedang ada dalam fikiranmu sekarang mungkin aku tidak akan pernah tahu Fan, tapi tidak dengan perasaanku sebagai sahabatmu yang bisa menangkap sebuah kegelisahan.”
“Salma, apakah masa lalu masih bisa terulang di masa sekarang?”
“Menurutku bisa dan bahkan seratus persen sebuah sejarah bisa kembali terulang. Tapi semoga masa lalu yang baik yang akan terulang bukan masa lalu yang buruk. Kenapa, Fan,” Salma mengernyitkan kening.
Duduk berbagi bersama Salma memang bisa membuatku tenang. Tidak hanya untuk hari ini bahkan selama hampir sepuluh tahun bersahabat, Salma memang sosok yang bisa menjadi pilar tegak ketika aku menghadapi berbagai permasalahan.
“Oh iya maaf satu minggu kemarin tidak ada kabar. Bang Ardi masuk rumah sakit jadi beberapa hari ini aku jaga disana.”
“Innalilahiwainnailaihiroji’un, sakit apa? Sebentar, kamu jaga disana? Apa Ibu sam Bapak mengizinkan kamu keluar?” posisi duduk Salma semakin mendekat.
“Typus Sal, sudah tiga hari ini. Jangan kaget begitu, aku sudah izin jaga di sana pagi sampai siang. Alhamdulilah Sal, sepertinya Ibu sama Bapak sudah memberikan kepercayaannya untuk Bang Ardi meski belum penuh. Tapi setidaknya kami bisa mengawali hubungan ini dengan baik hingga saatnya nanti kami melangkah.”
“Alhamdulilah, semoga saja Allah semakin memberikan kemantapan hati kepada kalian. Aku ikut senang mendengarnya, Fan. Semoga ini jadi pelabuhan hati pertama dan terakhirmu. Lalu kenapa dengan masa lalu yang kamu tanyakan tadi?”
Hati ini kembali tersentak dengan pertanyaan Salma.  Sudah aku alihkan pembicaraan , tetapi raut muka ini terlalu sendu untuk melemparkan senyum kamuflase.
“Sal, apakah aku pantas meraguan kesungguhan seseorang? Bagaimana jika masa lalu itu kembali dan merengkuh keyakinanku untuk bisa terus berjalan?”
“Untuk apa kamu meragukan sesuatu yang sudah kamu yakini benar. Syubhat hanya akan menimbulkan kegelisahan dalam hatimu. Yakinlah akan sesuatu hal yang baik seperti keyakinanmu atas kuasa Allah. Insyaallah masa lalu tidak akan menggoyahkan langkahmu. Tapi sebenarnya kenapa kamu begitu takut akan masa lalu? Masa lalu siapa yang kamu maksud? Masa lalumu atau Bang Ardi?” Salma mencecar.
“Masa lalu Bang Ardi, kemarin aku tak sengaja melihat sebuah sms tanpa nama di handphone Bang Ardi. Entah mengapa hatiku gusar dengan sms itu meski hanya menayakan kabar dan sebuah perhatian kecil. Aku yakin dan tau meski Bang Ardi tidak bilang. Dia seseorang yang pernah mengisi hidup Bang Ardi sebelum aku,”mataku mulai berkaca-kaca.
“Masyaallah Fany, tidakkah kamu tahu letak ketidak percayaanmu itu-lah yang membuatmu gelisah. Mungkin saja itu dari teman lama. Istighfar, jangan sampai langkahmu memantapkan hati bisa ternoda karena pemikiranmu sendiri.”
            Langit semakin menampakkan seringai cahaya. Subuh yang harusnya mengawali terangnya pagi harus ternoda karena kegelisahanku. Aku bersyukur Salma masih menyelamatkan romansa peralihan waktu, hingga dada ini tak lagi sesak. Aku tahu Salma menangkap dan mengerti arah pembicaraan ini.
            “Fan, doa restu dari kedua orang tua itu sudah menjadi dasar untukmu. Ibu dan Bapak sepertinya sudah memberikan kamu kesempatan melangkah. Jangan kecewakan mereka dengan keraguanmu.”
            Ku genggam tangan Salma erat, ketakutan ituah masih tetap ada. Tentang seseorang yang menjadi masa lalu Bang Ardi.  Yang tidak pernah dia ceritakan dari mulutnya sendiri, sedang aku mengetahuinya dari orang lain. Ketakutanku menjadi ketika seseorang itu kembali menarik benang merah saat aku mencoba menggumpulkan serpihan puzzle kehidupan Bang Ardi.
            “Aku memang harus menjaga amanah Ibu dan Bapak Sal, makanya aku sangat takut kehilangan.”
            “Ini semua Allah yang rencanakan, jangan terlalu berlebihan juga Fan, kamu tak bisa menggenggam pasir dengan utuh hingga masuk ke dalam botol. Pastinya akan ada pasir yang terlepas meski kamu genggam seerat apapun.”
            Kata-kata terakhir itu menyibak pilar ketegaran dan mengubahnya kembali menjadi tetesan air mta.
            Kata-kata itu memberikan arti yang begitu dalam. Setiap kenangan yang ditorehkan pastinya bisa terjadi lagi kapanpun jika Allah menghendaki. Aku tak bisa menggenggam hati Bang Ardi erat, karena hati itu masih rapuh akan bayang-bayang masa lalu. Aku harus siap sebelum Bang Ardi menjadi halal untukku dan ketika itu pula masa lalunya kembali datang untuk merengkuh hatinya. Apapun yang terjadi nanti aku sudah pernah ada dan selalu berusaha menjadi lentera saat gelap menjadi tabir di hidup Bang Ardi.  Iya siap, aku sudah siap bahkan untuk melepaskanya.

#Lakukan saja yang terbaik, saat suatu hal yang kamu usahakan akhirnya harus pergi maka ikhlaskanlah. Jadilah muslimah tangguh. Jangan jatuh karena cerita masa lalu,  karena masa depanmu terlalu sayang untuk dilewatkan.